Hua Hua You Long Chapter 3 Part 2 [Novel]

Selamat siaaaaaang ^_^ Ayo ayo, harus tambah semangat menjalani puasanya ;) bentar lagi kan Lebaran, mimin tunggu parcelnya yaaaaaa... Sekeranjang komik HOMO, hahahahahaha... #dibanting

Btw, mangap yey, mimin baru sempat upload lanjutan novel HHYL chapter 3 ini sekarang, soalnya kemaren2 mimin sibuk makantidur jadi waktu buat OL di laptop itu amat sangat terbatas sekali #dzhiiiggghhh dan mangap juga karena mimin uploadnya siang2 padahal mengandung scene 'ohok2', teheeeee... Kan bisa sekalian jadi uji ketahanan kalian, fufufufufufu...

Yosh, sebelum gelas, piring, panci, meja, lemari, mesin cuci melayang, ini dia lanjutannya ;)



Hua Hua You Long Chapter 3 Part 2


Dia duduk di kamar tidur di rumah kecil itu untuk beberapa jam.  Hujan secara tiba-tiba mulai turun.

Lu Cang dengan tegang mendengarkan suara hujan yang bergemuruh di atas atap. Semangat kepahlawanan yang untuk beberapa saat yang lalu mengobarkan keberaniannya, seiring waktu, memudar hingga hampir tak bersisa. Memandangi langit basah dan gelap melalui jendela, gambaran menyedihkan saat dia berteriak dan menangis di bawah si aneh kembali terbayang di pelupuk matanya.

Lu Cang tiba-tiba melompat dan berdiri—Untuk tindakan ksatria seperti ini, aku pikir lebih baik tidak!!

Melarikan diri secepat mungkin adalah yang terbaik!!

Hanya saat dia mencapai pintu barulah dia mengetahui bahwa hujan badai ini luar biasa mengerikan, jadi dia mulai berkeliling ruangan untuk mencari payung. Setelah akhirnya menemukan payung rusak, baru saja dia mau melangkahkan kaki untuk keluar dari rumah….

Sekali lagi kenyataan membuktikan pada Lu Cang tentang ketidak beruntungannya…

Di halaman depan di luar, sosok yang berpakaian putih itu berdiri di tengah hujan bagaikan makhluk suci…. Dan siapa lagi kalau bukan Jing? Dia tidak membawa payung. Di sekeliling tubuhnya berpendar cahaya menakjubkan yang dikeluarkan oleh Qi (1) nya. Butiran air hujan meluncur turun tanpa sempat menyentuh pakaiannya, kelihatannya dia seperti Dewa Hujan(2) dalam mitos yang turun untuk mengunjungi dunia manusia…

Jing melangkah dengan santai, rambut panjangnya berayun di tengah hujan, hingga akhirnya dia tiba di hadapan Lu Cang.

Melihat Lu Cang menatapnya dengan terpukau, Jing mulai tertawa lagi. “Bodoh, kenapa kamu menatap seperti itu…..”

 “Ah! Ah…ah..duduk…duduk…duduk…” Lu Cang sudah tidak mampu mengucapkan kalimat yang jelas. Di bawah tekanan dan intimidasi dari Jing, dia melangkah mundur dan mundur, hingga akhirnya terduduk di pinggiran tempat tidur.

 “Mengundangku untuk duduk? Bukankah seharusnya ‘tiduri aku’.“  Jing menatapnya, bola matanya yang hitam di bawah bulu matanya yang panjang seperti permata paling langka di dunia, bersinar dengan gemilang di keremangan cahaya kamar.  Terpesona oleh sepasang mata itu, Lu Cang tak mampu berkata-kata, dan hanya bisa terbengong ketika didorong ke ranjang.

Helai demi helai pakaiannya terbuka dan menampakkan tubuh kuat, halus dan berwarna madu.

Tangan kanan Jing membelai lembut leher sensitif Lu Cang, dada, lalu meluncur turun ke pusat tubuhnya.

 “Ah---!” Di saat Jing menguatkan genggamannya, Lu Cang melempar kepalanya ke belakang tanpa terkendali dan mengerang.

 “Suara yang manis sekali.” Suara Jing juga sangat manis hingga membuat hati Lu Cang terasa seperti diremas.

Jing tidak mengenakan apapun di balik pakaian putihnya, lapisan tengah beserta jubah panjang luarnya yang disulam dengan gambar bunga peony yang luar biasa indahnya terjatuh ke lantai. Dia mengangkat dan memeluk tubuh telanjang Lu Cang, dan segera, ke dua tubuh telanjang itu saling bertaut.

Dengan posisi yang tidak teratur. Jing duduk dengan berlutut sementara Lu Cang, duduk di atas pahanya, melingkarkan kakinya di pinggang Jing. Merasakan gairah Jing yang semakin membesar di bawahnya, Lu Cang juga merasakan hawa panas yang membuncah ke kepalanya…

Jing memeluk Lu Cang dengan erat, merasakan tubuh yang lembut dan halus itu bergesekan dengan tubuhnya sendiri, insting liarnya muncul secara tak terkendali. Dengan kuat memeluk tubuh yang kokoh di bawahnya, dengan sadisnya dia menggigit bahu Lu Cang yang kekar dan berotot…

 “Kau gila!!” Lu Cang terpekik terkejut, mencoba melepaskan dirinya dari Jing tapi sama sekali tak berdaya melawan kekuatan Jing yang luar biasa. Gigi tajam Jing terbenam dengan pedih ke dalam ototnya. Air mata membanjiri mata Lu Cang.

 “Ha…. Tubuh pesilat yang terlatih memang lebih berotot!!” Mengangkat kepalanya dari bahu Lu Cang, Jing, setelah mengamati luka mengejutkan yang dibuatnya, tanpa terduga mengucapkan kalimat yang hampir membuat Lu Cang muntah darah.

 “Kamu benar-benar bukan orang aneh biasa… wah… ah… hng…” Sebelum dia bisa menyumpahi Jing, Jing sudah memulai usahanya untuk memasuki tubuhnya dari posisi tersebut.

Pada mulanya, itu tidak bisa masuk dengan lancar. Otot-otot Lu Cang mengencang seolah melindungi celah sempit itu dengan seluruh jiwanya, tidak akan mengijinkan benda asing untuk memasukinya. Jing yang tidak sabaran membuka paksa kedua belah bokong Lu Cang dengan tangannya, dan hanya seperti itu, mulai masuk dengan kekuatan penuh.

 “Sakit…. Sakit sekali…. Jangan pakai posisi ini….” Benda besar itu sepertinya langsung menghujam ke pusat tubuhnya, menjangkau hingga jauh ke dalam, ke bagian tubuh Lu Cang yang belum pernah tersentuh. Lu Cang mulai menangis dengan suara melengking seperti suara hantu yang tersiksa.

 “Jangan berteriak!! Untuk apa kamu berteriak…  Aku juga kesakitan…” Jing, yang juga menggeram dan mengertakkan giginya karena kesakitan, berulang kali dia menepuk bokong Lu Cang, memcoba membuatnya lebih rileks.

Jing menempatkan Lu Cang di atas pahanya dengan tenaganya. Berat badan Lu Cang langsung membuatnya makin membenamkan benda di bawahnya, membuatnya kian ketakutan. Takut bahwa jika diteruskan, bisa-bisa tembus hingga ke ususnya. Dengan bayangan mengerikan ini di pikirannya, dia menggantungkan dirinya di leher Jing seolah-olah untuk bertahan hidup, dan seperti itu, dia membawa Jing jatuh bersamaan dengan tubuhnya. Jing jadinya terbaring di atas tubuh Lu Cang.

 “Kamu yang bilang tidak mau menggunakan posisi ini….” Jing mengerutkan dahinya.

 “Ya, ya, ya… lakukan apa saja maumu. Asal jangan… ah, aku akan tertembus….” Lu Cang bergumam terus menerus, hanya berharap Jing menghentikan serangannya di wilayah belakangnya. Akan tetapi, dia tidak menyadari secercah senyum mencurigakan yang tersungging di bibir indah Jing.

Dengan tarikan yang kuat, Jing mengeluarkan benda miliknya yang belum terpenuhi aspirasinya itu dari Lu Cang, membuat Lu Cang yang sedang tidak begitu mawas diri terkejut, tentu saja dia akan memekik dengan suara keras. Tapi serangan sesungguhnya ada di gerakan Jing yang berikutnya.

Jing mengulurkan tangannya dan memasukkannya ke dalam mulut Lu Cang untuk membukanya dengan paksa.

 “Apa… Apa yang kamu lakukan…” Lu Cang berteriak, merasakan tubuh Jing meluncur ke atas dari tubuhnya dan berhenti tepat di atas kepalanya. Kedua kaki Jing menjepit kepala Lu Cang di antaranya.

 “Bukannya kamu yang bilang kalau aku boleh melakukan apapun yang aku mau…” Membuat Lu Cang semakin kesal, suara Jing yang sangat tenang, sama sekali tidak sepadan dengan benda yang bersemangat dan seperti hidup yang tergantung di antara kakinya.

Ditahan oleh kaki Jing yang kuat, Lu Cang meggeliat dan memutar kepalanya dengan marah. Pada posisi seperti ini, gambaran mesum kejantanan Jing yang berdiri tegak memenuhi pandangan matanya. Dia sangat malu, sangat terhina hingga membuatnya hampir menangis.

 “Tidak… Jangan…!” Merasakan kejantanan Jing di bibirnya, tiba-tiba saja Lu Cang menyadari, dalam kesadaran tingkat tinggi, apa yang akan Jing lakukan. Kekalutan kembali memenuhi hati dan pikirannya.

 “Kau… kalau kau berani coba-coba…. Berani masuk… aku pasti…pasti…akan menggigitnya hingga putus!” Lu Cang mengeluarkan suaranya dari sela-sela bibirnya, takut untuk membuka mulutnya saat dia meneriakkan isi hatinya yang dipenuhi oleh kejijikan yang mendalam dan ketidak berdayaannya atas niat mengerikan Jing.

Jing kembali memamerkan senyum yang paling amat sangat dibenci Lu Cang. 

“Benarkah?? Ya… terima kasih sudah mengingatkanku!!”

Dengan gaya yang paling elegan, Jing menggerakkan jarinya ke daerah titik (3) vital di bahu Lu Cang. Itu hanyalah tekanan ringan, tapi rontaan liar Lu Cang langsung terhenti, hanya sepasang mata besar yang menatap penuh kengerian ke tangan yang berbentuk sempurna dan halus yang saat ini memegang rahang bawahnya. Lalu, diikuti dengan suara nyaring “crak”. Suara dari tulang rahang yang dilepaskan dari tengkoraknya bergaung di kepala Lu Cang. Pada detik ini, suara itu laksana suara langit yang terbelah dan runtuh. 

Mulut Lu Cang terbuka dengan tragisnya, ternganga lebar. Dia hanya bisa melihat saat Jing memasukkan batang besar berwarna pink itu ke kedalaman mulutnya.

 “Ooff— “  Benda yang memaksa masuk tanpa belas kasihan itu langsung menuju ke kerongkongannya, menyebabkan dia mengeluarkan suara keras seperti hendak muntah. Akan tetapi, Jing tidak sempat untuk bersimpati dengan keadaan Lu Cang, yang baru pertama kali melakukan hal itu. Jing menolak untuk menggunakan cara pemula yakni masuk dengan perlahan dan bertahap, tapi malahan dia mendorong masuk keseluruhan bagiannya lagsung ke kedalaman tenggorokan Lu Cang yang tanpa pertahanan. 

 “Ini bahkan lebih basah dan panas dari pada kepunyaan perempuan….” (Jing bukan merujuk kepada mulut perempuan, melainkan XXX mereka.) Dengan sengaja mengucapkan kata-kata yang menurunkan martabat Lu Cang, Jing mengawasi, tanpa terkejut, dua bulir air mata yang turun mengalir dari sepasang mata besar yang tertutup rapat itu….

Ini bukannya pertama kali Lu Cang di paksa hingga berurai air mata oleh Jing di ranjang. Bisa di bilang sejak mereka pertama kali melakukannya, air mata selalu mengiringi persetubuhan mereka yang memabukkan. Tapi Kaisar Xuan Yuan Jing, yang sudah kebas dengan hubungan seksual yang biasa, kelihatannya menyukai situasi tak biasa di antara mereka, yang juga merupakan alasan paling mendasar dia terus menerus meniduri Lu Cang yang malang padahal dia sendiri punya kepribadian yang suka sembrono. Di hadapan Lu Cang yang tidak tahu menahu mengenai jati dirinya yang sebenarnya, dia bisa sepenuh hati memanjakan dirinya dalam gairah dan nafsunya yang keji dan tak beradab.

Hanya dengan kepala yang bisa bergerak bebas, Lu Cang terlentang dengan menyedihkan di atas ranjang besar, lebar beralaskan kain satin yang di sulam dengan indah. Jing menempatkan dirinya di atas kepalanya dengan lutut di atas ranjang, memegang kepala Lu Cang dengan kedua tangannya untuk di tekan ke arah bagian bawah tubuhnya, memuat benda tebal dan besar itu ke dalam mulut Lu Cang.
Jing menggerakkan pinggulnya dengan seluruh tenaganya. Benda besar dan ganas itu keluar masuk di dalam tenggorokan Lu Cang yang licin dan sempit, setiap dorongan membuat perut Lu Cang berputar serasa di aduk-aduk tak tertahankan. Rambut Lu Cang, yang sudah sejak lama dibiarkan terurai, terlihat seperti air terjun hitam nan panjang yang mengalir ke dalam kasur, mengkerut setiap kali Jing melakukan dorongan yang kuat.

 “Ugh…hng…hng…” Mulutnya tersumbat, Lu Cang hanya bisa merintih dalam diam. Satu-satunya saluran untuknya bernafas, hanyalah lubang hidungnya, juga tersumbat gara-gara dia menangis. Sepanjang siksaan panjang ini, dia sudah pingsan beberapa kali, tapi kembali tersadar begitu mendapat dorongan kuat yang mengejutkan….

Aku tak bisa bernapas…. Aku akan mati…

Kengerian karena sama sekali tak bisa bernafas memadati hati Lu Cang. Hatinya terasa sudah remuk redam karena kesedihannya dengan keadaan ini.

Benda di mulutnya terasa membuat gerakan yang cepat dan berdenyut dengan teratur…  Lu Cang, yang juga laki-laki, tentu saja mengerti dengan jelas bahwa ini adalah pertanda bahwa Jing akan mencapai klimaksnya….

 “Nngh---Nngh--!!” Lu Cang menggeliatkan kepalanya dengan kasar, satu-satunya cara yang Lu Cang, yang sudah di bungkam hingga tak mampu bersuara, mampu lakukan untuk mencegah pria diatasnya melaksanakan niat paling jahat ini atas dirinya.

Akan tetapi, Jing tidak akan membiarkan Lu Cang mendapatkan apa yang di inginkannya. Dengan memegang lebih kuat untuk menahan kepala yang memberontak dengan penuh kekalutan, Jing mempercepat irama berayun ke dalam tempat yang lembut, luar biasa hangat dan basah itu dan mempersiapkan dirinya sendiri untuk menyambut kedatangan dari puncak kenikmatannya.

Merasakan niat buruk Jing, mata Lu Cang membelalak ketakutan; waspada, kebencian, penderitaan, dan ketidak berdayaan berputar menjadi satu di mata gelapnya…..

Lebih baik mati…. Lebih baik mati saja sekarang….

Tangis kepedihan muncul dari lubuk hatinya yang terdalam. Kesadaran Lu Cang sudah berada di ambang kehancuran.

Seperti sedang memberi respon, tongkat Jing mulai bergerak dengan lincah seperti menari di saat ini. Cairan panas yang tersimpan membuncah keluar. Cairan kental dan pahit itu mengalir melalui kerongkongan Lu Cang hingga ke dalam tubuhnya. Bahkan bagian dalam mulutnya juga di penuhi oleh cairan panas yang membawa panas tubuh Jing, membanjiri seluruh ruang di antara bibir dan giginya…

Jing menghela nafas panjang penuh kelegaan. Masih tetap dalam posisi itu, dia mengeluar-masukkan beberapa kali lagi dalam gerakan yang lebih lambat, menikmati saat sesudah mencapai klimaks, lalu dia mulai mundur dan keluar dari mulut itu….

Merasakan Jing mengeluarkan benda yang mulai mendingin itu, Lu Cang hampir tak bisa menahan otot-otot wajahnya untuk melakukan gerakan menelan demi menghindari mencerna lebih banyak Cairan Jing….

Tapi di detik berikutnya, pemikiran ini terbukti hanyalah hasil dari pemahaman Lu Cang yang dangkal dan salah terhadap Jing.

Jing menarik keluar dirinya dari mulut Lu Cang. Gerakan berikutnya adalah menyambung kembali rahang yang tadi secara kasar dilepasnya. Jari-jarinya yang terlatih hanya membuat sedikit tekanan dan menekan ke atas rahang tersebut, membuat sedikit penyesuaian, kemudian…

Dengan suara “plop”, seluruh bukti dari penghinaan yang ada di mulutnya turun dengan lancar menuruni tenggorokan Lu Cang. Tanpa tersisa setetes pun.

Sambil mengatupkan giginya yang hampir patah karena di kertakkan sedemikian kuat, Lu Cang menggunakan seluruh kekuatan kebencian yang sanggup dikerahkannya untuk melotot dengan garang kepada Jing. Tapi Jing tidak merasa terancam, sambil melemparkan senyum yang sangat manis dan indah, dengan biasa saja dia melepaskan totokan Lu Cang.

Awalnya Jing menduga bahwa Lu Cang akan langsung menyerangnya dengan serangan putus asa dalam pertarungan hidup dan mati, tapi ternyata, Lu Cang malah melompat turun dari tempat tidur, menarik pakaian yang terlempar di lantai di samping tempat tidur sambil berlari keluar.

Di luar sedang hujan lebat sekarang…. mau ke mana dia??

Jing, sedikit takut kalau Lu Cang akan melakukan tindakan bunuh diri. Juga mengambil pakaian dengan buru-buru dan menyusul keluar.

Hanya satu langkah keluar dari pintu, Jing melihat Lu Cang dengan mennyedihkannya meringkuk di lorong di luar, berpegangan pada tiang rumah dengan putus asa sambil muntah. Pakaian panjangnya yang tidak terikat, melorot turun melalui bahunya, memperlihatkan kelembutan dari kulit sewarna madunya, otot-otot yang terbentuk, dan tubuh sensualnya yang hanya setengah tersembunyi dari baju yang terbuka itu. Akan tetapi, Lu Cang kelihatannya sama sekali tidak tahu bahwa apa yang diperlihatkannya saat ini luar biasa merangsang bagi Jing yang jahat. 

Walaupun kotoran itu langsung tersapu oleh hujan deras, Jing tetap bisa melihat dengan jelas, tercampur dengan makanan yang dimuntahkan Lu Cang adalah cairan putih dari tubuhnya. Senyuman yang luar biasa menghiasi wajahnya. Lelaki kuat di depannya ini telah sepenuhnya menyerah terhadapnya. Dia sudah dipaksa olehnya dan menyerah hingga lemah dan rapuh seperti ini….

Laki-laki ini adalah orang yang berhubungan badan paling intim dengannya…. Dan cairan tubuh Jing bagaikan luka yang sangat dalam yang akan membekas pada setiap bagian dari sel lelaki ini.

Lorong ini di selubungi oleh hujan lebat di musim panas yang subur…. Udara juga sepertinya dipenuhi oleh harum samar bunga teratai. Jing, dengan kecantikan tiada bandingnya, berdiri tanpa suara di samping tiang rumah, sambil memperhatikan lelaki itu, yang sudah tidak lagi memiliki setitik pun jiwa ksatria yang tersisa, memuntahkan seluruh isi hati dan perutnya…

......

Hujan perlahan mulai berhenti.

 “Monster…. Monster….”

Setelah semua itu, Jing kembali memaksa Lu Cang untuk melakukan hubungan badan dua kali lagi. Sekarang, sambil mengucapkan sumpah serapah dari mulutnya, Lu Cang perlahan mulai mulai sadar dari keadaan setengah pingsannya.

Tapi yang ada di depan matanya hanyalah atap rumah yang masih meneteskan titik-titik air hujan yang bening dan berkilauan laksana Kristal. Setan jahat yang membuat seluruh kerusakan ini tidak ada lagi di manapun….

Tidak!

Aku pasti mati jika ini terus berlanjut…. Lu Cang terbaring dengan mengenaskan di lantai lorong, tanpa sedikit pun tenaga yang tersisa di tubuhnya. Dia hanya bisa terus-menerus mengulang kata-kata yang berisikan kehancuran hidupnya, 
Bilakah hari-hari seperti ini akan berakhir…


*****

Penjelasan:

 (1) Qi yang tidak kelihatan – mungkin hal ini terdengar aneh atau terlalu ajaib. Penjelasannya adalah , Qi merupakan dasar dari semua Kung-fu. (Kalo di naruto, mungkin Chakra). Menurut cerita-cerita silat, seseorang yang sudah memiliki kemampuan yang sangat tinggi akan mampu menguasai dan menggunakan Qi nya sesuka hati, bisa juga dijadikan lapisan pelindung. Agak berlebihan memang, tapi kan KEREN BANGET… ahahhaha… XD. Lagian, gimana ceritanya Jing yang seorang kaisar punya waktu untuk jadi seorang ahli bela diri tingkat tinggi? (Lu Cang aja kalah… XD ) Tapi pokoknya di cerita ini Jing adalah nomer satu deh!!! (HIDUP JING!!!! – ini isi hati ku sendiri… boleh dibuang kok… ahahhahaha…. XD terlalu semangat kalo membahas Jing… aahhahah… XD )
 (2) Dewa Hujan – Mungkin ini juga dimaksudkan sebagai salah satu ironi, karena simbol dewa hujan dalam mitologi Cina adalah Naga, dan kaisar juga dilambangkan dengan Naga. – Jing adalah Kaisar.
 (3) Titik totok (titik akupuntur) – menguasai titik akunpuntur/totok juga merupakan salah satu kemampuan dasar dari para pesilat. Bisa digunakan untuk bermacam-macam hal. Tapi paling umum adalah melumpuhkan dan membuat seseorang gak bisa ngomong.



Credit:
Author: Xin Bao Er
Cover Scan: 3n5b
Chinese-English Translator:
Asiaisaru
English-Indo Translator:
Luxiufer 

Bagaimana? Hot? Atau masih kurang? Chapter 4 bakal lebih hardcore lagi... Cuman 1 pesan mimin, persiapkan mental kalian, huahahahahahahaha....

Jangan lupa komennya, khey ;)

By: Miaw <3 



Comments