Hua Hua You Long Chapter 3 Part 1 [Novel]

Hellooooowww, Miaw balik lagi, hahahahaha... Yang mau ngelempar mimin pake bunga, silahkan, tapi tolong jangan pake Pot ya, wkwkwkwkwk...

Khey, sekarang mimin mau bawa lanjutan dari novel 'Seme Cantik x Uke Manly' ini, hohohoho.. Pasti udah pada penasaran khaaaaannn? Langsung aja dinikmati kalo gitu ;)


Hua Hua You Long Chapter 3 Part 1

Chapter 3 – Suara Seruling Bambu di Malam Berhujan 


Kebisingan di Tong’an pada pagi hari tidak kalah dari Hangzhou. Karena penginapan yang dipilihnya terletak di pinggir jalan, Lu Cang, begitu terbangun dari mimpinya di pagi buta, langsung dihadapkan pada kemakmuran di ibu kota Kerajaan Datong.

Sambil menggosok mata lelahnya, Lu Cang menyampirkan pakaian ke bahunya dan berjalan ke depan jendela untuk memperhatikan keadaan di jalan. Di bawahnya adalah pasar. Jalanan dipenuhi oleh istri-istri yang bangun pagi untuk berbelanja kebutuhan dapur dan para pedagang yang menjajakan sayuran mereka di keranjang, berteriak-teriak memanggil pembeli dengan logat (1) utara mereka yang hanya secara garis besar bisa dipahami oleh Lu Cang. Berbagai aroma dari makanan yang dijajakan sebagai sarapan dari berbagai kios di sepanjang jalan menusuk hidungnya.

Akan tetapi, gambaran kecerian dan kegembiraan dari keseharian ini, bagaimanpun juga, tidak mampu meringankan perasaan Lu Cang yang dadanya terhimpit oleh kemuraman yang teramat sangat.

Semalam, di sebuah rumah kecil di kota asing ini, salah satu jenis hubungan badan yang bisa digambarkan sebagai kejam kembali terjadi antara dia dan lelaki super cantik yang dia bahkan tidak tahu nama lengkapnya – Dengan bahasa kasarnya, Lu Cang, untuk kedua kalinya, secara brutal dipaksa untuk melakukan XXX (2) lagi oleh lelaki yang sama…

Menakjubkan, hal seperti ini terjadi lagi dan lagi terhadapnya, seorang pemimpin para penjahat yang bisa dikatakan cukup ternama di rimba persilatan (3) daerah selatan. Jadi tidaklah mengherankan jika Lu Cang, yang selalu punya penilaian yang cukup tinggi terhadap dirinya sendiri, dari lubuk hatinya yang paling dalam, kesulitan dalam menerima hal ini.

Akan tetapi, di luar ketidak mampuannya untuk menetapkan hati menerima segalanya, dia tetap tidak cukup berani untuk langsung menempuh perjalanan ribuan mil kembali ke Hangzhou atas dasar harga diri semata tanpa meyakinkan dirinya terlebih dahulu bahwa racun yang digunakan lelaki abnormal itu hanyalah obat biasa.

Mencari-cari di lipatan bajunya, tangannya menyentuh kotak yang diukir dengan indah yang berisi pil. Mungkin akan lebih baik kalau dia pergi dan mencari korban untuk menguji racun tersebut…

Bagaimana jika itu palsu….?

Semakin dia mempertimbangkan hal tersebut, semakin dia merasa bahwa kemungkinan itu ada. Lu Cang kelihatannya sudah bisa melihat secercah cahaya harapan yang bersinar di depan matanya. Setelah merenungkan kelakuan si lelaki cantik yang aneh itu untuk beberapa saat, kelihatannya kemungkinan terbesar adalah lelaki itu menemukan sejenis pil aneh yang untuk digunakan menipunya.

Memikirkan bahwa dia gemetar ketakutan akan efek dari obat perangsang sementara lelaki tak tahu malu itu bersembunyi di suatu tempat, diam-diam menertawakannya, membuatnya terbakar oleh api kemarahan yang dengan segera berkobar dan menguasai seluruh pikiran Lu Cang.

Tenang…..tenang….. Katanya pada dirinya sendiri sementara dia membuat keputusan dalam diam:

Akan lebih baik jika segera menemukan seekor anjing dan menguji obat ini. Jika terbukti palsu maka akan lebih baik bagiku; Aku bisa segera melepaskan diri dari tempat yang tercela ini dan kembali ke gunung.

Setelah membuat keputusan, dia pun tak lagi ragu-ragu. Dengan terburu-buru dia menyelesaikan rutinitas paginya kemudian meninggalkan penginapan untuk menemukan “kelinci percobaan” yang cocok.

Hanya setelah berjalan santai melewati lorong-lorong Tong’an, Lu Cang menyadari bahwa rencana sempurnanya sepertinya mempunyai suatu kekurangan. Meskipun Tong’an demikian luasnya, jarang sekali ada anjing yang berkeliaran di jalanan. Bahkan anjing kampung biasa juga diikat dan dibawa dengan menggunakan tali kekang oleh pembantu. Walaupun dia sangat yakin bahwa dia akan mampu menghadapi orang-orang biasa yang tak menguasa ilmu bela diri ini, tapi… merampok “anjing dari rakyat jelata” di siang bolong sungguh suatu hal yang tidak akan diperbolehkan oleh harga dirinya.

Setelah beberapa kali berkeliling dengan sia-sia, akhirnya Lu Cang kehilangan kesabarannya. Dia menarik secara asal-asalan lelaki tua yang kebetulan sedang melewatinya.

 “Pak Tua, bisakah kamu menjelaskan kenapa walaupun Tong’an begini luasmya, saya tidak melihat adanya anjing atau kucing atau sejenisnya.?”

Si orang tua bertanya kembali, mengamati Lu Cang dengan teliti, “Tuan, kamu bukan orang sini ya?”

 “Saya baru tiba dari Hangzhou kemarin.”

 “Begitu rupanya….. Bulan lalu, Kaisar menurunkan titah. Demi kebersihan Tong’an, keluarga yang tidak memiliki pembantu khusus untuk merawat anjing atau kucing, tidak diperbolehkan untuk memelihara hewan….” Dilihat dari raut wajah si orang tua, dia teramat sangat mendukung titah Kaisar Jing Zong.

 “Apa?!” Lu Cang terpekik, tidak mampu menahan dirinya. Hatinya yang rapuh, yang dianggapnya sedang berada pada titik terlemahnya, tidak akan mampu bertahan dari serangan bertubi-tubi ini.

Setelah mengucapkan salam perpisahan pada orang tua itu, dia berjalan kembali menuju penginapannya, keputus asaan terbayang jelas di wajahnya, sambil mendesah menyesali segala ketidak-beruntungannya belakangan ini dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Saat sedang memotong jalan melewati lorong sempit, matanya tiba-tiba melihat sesuatu yang bulat dan berwarna cokelat…

Itu…. Itu… bukankah itu sesuatu yang dicari-carinya sepanjang pagi tanpa mendapatkan hasil… Anjing??? Dan anjing itu juga kelihatan sehat, bulunya terlihat lembut dan berkilau seperti air, jelas sekali bukan jenis anjing liar biasa. Tapi yang paling luar biasa, bahkan bisa dianggap sebagai keajaiban adalah anjing itu tidak diikuti oleh pembantu yang seharusnya mengikutinya kemanapun. Api semangat langsung berkobar di mata Lu Cang, suka cita langsung tergambar di wajahnya.

Sempurna sekali!!!

Lu Cang, karena terlalu kegirangan, dengan liar langsung menyerbu untuk menangkap anjing itu. Walaupun anjing ini bisa digolongkan anjing yang luar biasa galak, bagaimana bisa dia melawan Lu Cang dengan keahlian kung-funya? Hanya dengan dua atau tiga jurus, anjing itu sudah bisa ditaklukkan, tergantung lunglai di tangan Lu Cang saat dia dibawa ke penginapan.

Lu Cang hanya perduli untuk hanyut dalam kegembiraannya, tapi dia sama sekali luput dan tidak memperhatikan bahwa di atas pintu gerbang dari tembok yang amat sangat panjang ini, tempat dia baru saja “memungut” anjing itu, tergantung bendera besar berwarna tembaga keemasan, di bendera terdapat tulisan dengan huruf besar “Kediaman Pangeran Tongxin (4)”

Benar sekali, Fuqi si anjing secara kebetulan merupakan anjing tercinta milik dari penghuni kediaman ini, Orang kaya dan berpengaruh “Tunduk hanya kepada satu orang dan berada diatas yang lain (5)” adik laki-laki kandung dari tak lain dan tak bukan Sang Kaisar yang sekarang. Karena yakin dengan kenyataan tak akan ada yang berani menyentuh anjing keluarga Tongxin, pembantu yang bertanggung jawab atas anjing tersebut membiarkannya bebas berkeliaran. Akan tetapi, dia “dipungut” dengan gembiranya dan dibawa pulang oleh Lu Cang, yang bukan hanya baru saja tiba, tapi telah menyalah-artikannya sebagai berkah dan karunia dari langit….

Tentu saja, rakyat jelata mengenali anjing kerajaan milik Tongxin. Jadi, melihat Lu Cang berjalan dengan angkuh di sepanjang jalan dengan Fuqi di tangannya, sudah dapat dipastikan akan ada orang yang mencari muka dengan lari tergopoh-gopoh ke kediaman Pangeran demi mendapatkan hadiah.

Tanpa mengetahui mengenai hal ini, Lu Cang melanjutkan perjalanannya kembali ke penginapan dengan “berkah” yang menggantung di tangannya, lalu dia langsung menuju ke kamarnya dan menutup pintu.

Lu Cang mengikat anjing itu secara sembarangan di atas meja, lalu menyumbat mulut hewan itu dengan segumpal kain karena anjing itu menggonggong dengan liarnya. Melihat si anjing memberontak dari ikatannya, Lu Cang menepuk tangannya dengan penuh kepuasan. “Ah, Anjing oh anjing, bukan mauku melakukan hal ini padamu. Salahkan saja si orang aneh Jing Xi...”

Sambil mengeluarkan pil berwarna hijau zamrud dari dalam bajunya, Lu Cang dengan cepat mendekat ke si anjing…

Si anjing sepertinya tahu kalau dia bermaksud jahat, dan tanpa terduga menunjukkan ekspresi ketakutannya. Saat ini, Lu Cang sama sekali tidak punya hati untuk mengasihani si anjing. Dia menarik nafas panjang dan mulai memasukkan pil itu ke dalam kerutan si anjing…..

Ada semacam hambatan yang kuat pada mulanya. “Lorong” sempit si anjing bukanlah sesuatu yang seukuran tangan Lu Cang bisa masuki dengan mudah. Tapi Lu Cang sudah melakukan hal sejauh ini, sudah terlambat untuk menyesal, dan dengan sekali tarikan nafas, dia mendorong jarinya lebih jauh ke dalam.

Lu Cang merasakan tubuh si anjing gemetar di bawah tekanannya. Jika saja mulutnya tidak disumbat, sangat mungkin dia akan menggonggong dengan suara melengking hingga membuat langit runtuh. Lu Cang juga merasa seperti sedang menelan tumpukan lumpur kotor —Sama sekali tidak nyaman.

Bukan hanya si anjing saja yang mata besarnya berair karena sakit yang luar biasa, bahkan Lu Cang sendiri juga hampir menangis.

Kenapa (6)…. Kenapa… Dalam dua puluh satu tahun kehidupan Lu Cang, dia hanya mendengar sorak sorai yang dengan gegap gempita memuji tindakan kepahlawanannya. Mulai dari saat dia berumur tujuh belas tahun dan melakukan perampokan terbesar di seluruh Jiangnan, dia selalu dianggap sebagai symbol “Pahlawan Penjahat (7)” di mata umum. Jadi kenapa? Di atas semua ini, dia ada di sini, melakukan hal sehina ini terhadap seekor anjing?!

Kerongkongannya tercekat oleh rasa marah akan ketidak berdayaannya terhadap situasi ini. Lu Cang, dipacu oleh kemarahanannya, mendorong seluruh jarinya hingga ke dalam. Merasakan pil tersebut meleleh, dengan segera dia menarik jarinya—Dasar obat aneh, sama seperti pemiliknya! —yang meleleh begitu masuk ke dalam!!

Tapi, detik berikutnya, Wajah Lu Cang seperti kehilangan warnanya: jari yang dia masukkan dengan susah payah…. tersangkut.

Saluran itu menciut hingga tak bisa mengkerut lagi. Melingkupi dan menahan dengan kuat, mencengkeram jari Lu Cang dengan jepitannya. Walaupun dia bisa menarik jarinya dengan paksa, tapi jika dia melakukannya, maka si anjing bisa dipastikan akan mati. Lalu bukankah seluruh usahanya sepanjang pagi ini akan menjadi sia-sia??

Memikirkan seluruh hal ini, dengan segala usaha dia mencoba untuk menarik jarinya keluar tanpa menyakiti si anjing, tapi bagaimanapun usaha yang dia lakukan, jarinya tetap tersangkut pada posisi yang canggung, tak bisa masuk maupun keluar.

Suara ribut terdengar dari balik pintu, seperti ada sepasukan tentara yang sedang menaiki tangga. Mereka bukan ke sini untuk menangkapku, iya kan?

Walaupun pikiran itu sempat melintas di pikirannya, dia masih saja berjuang keras untuk menarik keluar jarinya. Tapi semakin dia panik, semakin parah saja keadaannya; dia jadi sama sekali tidak bisa menggerakkan jarinya walau hanya se-mili.

Ada ungkapan yang mengatakan “saat kamu sedang sial, bahkan air dingin akan tersangkut di gigimu.” (kalo bahasa Indonesianya: Sudah jatuh, tertimpa tangga pula). Saat ini, Lu Cang berada di situasi tersebut. Dan sebagai tambahan, suara ribut tanpa henti yang menyebalkan itu berhenti tepat di depan pintunya. Lalu, dengan suara “Clang!” saat pintu dibuka paksa, orang-orang di luar lagsung menyerbu dan menemui orang yang sedang di kamar…

Saat itu juga, semua langsung hening. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Lu Cang punya keinginan untuk menguap ke udara dan menghilang. Pada saat itu, wajahnya bisa dipastikan lebih jelek dari pada orang mati. Dinilai dari ekpresi pria muda dengan pakaian mewah yang menjadi pemimpin mereka, Lu Cang sangat yakin bahwa apa yang dilihat oleh si pria muda ini telah membuatnya ketakutan.

 “Kau… Apa yang kamu lakukan….” Si pria muda akhirnya berbicara setelah jeda waktu yang terasa seperti seribu tahun, suaranya bergetar menahan rasa tak percayanya.

 “Ah…ah…Aku hanya… hanya…” Lu Cang tiba-tiba saja menjadi orang gagap, dan menjadi tidak mampu mengucapkan kalimat yang bisa dipahami walau bagaimanapun dia berusaha.

 “Orang gila sialan!! Beraninya kau mencuri anjing kesayangan Tuanku?!” Seorang pembantu langsung melompat ke depan dengan kecepatan tinggi dari belakang si pria muda, langsung mencengkeram tangan Lu Cang, mencoba untuk menariknya keluar. “Keluarkan tangan kotormu!!”

Jadi, si pemilik anjing rupanya yang datang… Dinilai dari penampilannya yang gagah dan sosoknya yang berwibawa serta aura kebangsawannya, dia kemungkinan besar adalah keluarga kerajaan atau bangsawan… Pembantu itu sepertinya memanggilnya dengan sebutan “Tuan-ku”. (Dalam bahasa Indonesia, sebagian besar gelar kehormatan atau panggilan untuk orang yang dihormati adalah: Tuan. Jadi, sebutan seperti: Master, Lord, Mister, Sir, semua diartikan sebagai: Tuan)

Si pembantu bermaksud menyentak paksa tangannya, tapi dengan tenaga lemah yang dimilikinya, bagaimana dia bisa berhasil? Melihat keadaan seperti itu, si pria muda menautkan alisnya membentuk kerutan. “Cepat ikat dia dan bawa kembali ke kediamanku! Kita akan punya banyak waktu untuk melakukannya di sana. Jangan mempermalukanku di sini…”

 “Aiya, apa maumu? Aku hanya…hanya…” Melirik ke arah kerumunan orang yang cukup banyak hingga bisa menenggelamkannya itu memasuki ruangan, Lu Cang berjuang dengan putus asa demi hidupnya. Akan tetapi, dua kepalan tak akan bisa mengungguli empat tangan, belum lagi lawannya adalah sekitar sepuluh-an pengawal kerajaan (8) yang sangat terlatih dari istana. Tidak perlu dikatakan lagi, dia akhirnya diikat bagaikan segumpal bola daging.

 “Masukkan dia ke dalam tandu (9)! Jangan biarkan orang di jalanan melihatnya!” Sambil memberi perintah, si pria muda berbalik dan menuruni tangga. Lu Cang didorong dan didesak untuk mengikutinya.

Dilempar ke dalam tandu dan dibawa sepanjang jalanan yang berbatu menuju kediaman bangsawan tinggi ini, Lu Cang langsung diseret keluar begitu tandu itu menyentuh tanah, lalu kemudian diikat ke tiang, tangan, kaki dan seluruh badannya. Sungguh suatu pemandangan yang menggenaskan.

 “Tuanku, bagaimana dia harus dihukum?” Tanya si pengawal setelah mengikat tahanan yang tak beruntung itu.

Zheng megerutkan dahinya saat dia mengamati dengan teliti lelaki yang sudah kelihatan berantakan di depannya. Laki-laki ini memiliki mata dan alis yang membuatnya kelihatan tampan dan bentuk tubuhnya juga sangat bagus… tidak tampak seperti penjahat…..

Tapi tatkala pandangannya jatuh pada tangan yang terbenam ke dalam tubuh anjing kesayangnya, dia memutuskan untuk menarik kembali pernyataannya yang sebelumnya.

 “Tuanku, Tuanku!!” Seorang pengawal tiba-tiba berlari masuk dengan terhuyung-huyung ke dalam ruangan, dia melaporkan dengan berbisik ke telinga Pangeran Tongxin (10). Raut wajah Tongxin langsung berubah secara dramatis.

 “Jaga dia baik-baik,” dengan terburu-buru dia memberi perintah, lalu dengan cepat keluar dari aula tambahan ini.

Berlari menuju ruangan dalam, Tongxin mulai memanggil dari jarak yang masih cukup jauh, “Kakak (11), Kakak!!”

Masuk ke ruangan dengan semangat, dia akhirnya melihat sosok yang memiliki kecantikan tanpa tanding itu sedang duduk tegak di bangku panjang. Siapa lagi kalau bukan kakak yang sudah dirindukan dan didambakannya sejak beberapa bulan terakhir ini?

 “Kakak, kamu sudah kembali?” Dengan penuh perhatian dia menuju ke arahnya, wajah Tongxin berbinar penuh cinta dan kekaguman.

Jing tersenyum. Adik kembarnya ini selalu menyayangi dan bergantung padanya sejak mereka masih kecil, dan hingga hari ini, walau mereka sudah berumur lebih dari dua puluh tahun, tidak ada yang berubah.

Sambil meletakkan tangannya di bahu tubuh yang bersandar padanya untuk dipeluk, Jing bertanya, “Ku dengar kamu baru saja dengan gagahnya menangkap pencuri anjing?”

 “Bagaimana Kakak tahu?” Zheng menarik diri dari dari pelukan Jing, lalu berkata dengan marah, “Maling itu sungguh sinting! Bisa-bisanya dia memasukkan tangannya ke tempat di mana Fuqi mengeluarkan kotorannya dan tidak bisa mengeluarkannya kembali!! Sayang sekali padahal tampangnya lumayan!!”

“Benarkah?” Sebuah senyum samar terbayang di wajah Jing. “Biarkan aku melihatnya.”

 “Kenapa Kakak mau melihat orang sinting seperti dia….?” Akan tetapi, sebelum dia bisa menyelesaikan perkataannya, Zheng, mendapat tatapan galak dari Jing, buru-buru menutupi kesalahannya, “Aku mengikatnya di aula tambahan. Aku akan membawamu ke sana.”


*****


Mengikuti Zheng dari belakang di sepanjang lorong (12) yang menuju ke aula tambahan, Jing dapat melihat sesosok bayangan tak berdaya dari kejauhan…. Itu benar-benar dia! Seulas senyum tipis yang hampir tak terlihat tersungging di bibirnya. “Berikan dia untuk Kakak, ya?” Dia meminta dari kembarannya dengan lembut, sebagai balasan, dia mendapat tatapan ‘aku-tidak-paham-apa-yang-kamu-pikirkan’ (13) dari  Zheng.

 “Kakak, kenapa kamu mau orang seperti ini….” Melihat kening Jing berkerut lagi, Zheng langsung menutup mulutnya.

 “Perintahkan semua pengawal untuk pergi, dan jangan ada yang masuk, termasuk kamu, ” Perintah Jing, melihat dengan penuh kepuasan ke arah Zheng, yang walaupun masih kelihatan kebingungan, mengisyaratkan para pengawal yang berjaga di aula tambahan untuk pergi.

Jing tiba-tiba melompat pergi, suaranya menggantung di udara, menggema, “Aku berhutang padamu. Besok pagi, kirim petisi (14) untukku. Kamu boleh meminta apapun….”

Menatapi punggung elegan dari kakaknya yang melayang menuju ke aula tambahan, Zheng merasakan kekecewaan dan kemarahan yang tak terungkapkan muncul dari dasar perutnya. Kakak sebenarnya tahu apa yang paling dia inginkan…. Tapi dengan kejamnya berpura-pura tidak tahu…..

Benar-benar sesuai sebagai Kaisar genius yang berdarah dingin dan tak berhati sejak kecil!

Ketika Jing melompat dengan anggun memasuki aula tambahan dari jendela, Lu Cang sedang giat merencanakan caranya melarikan diri. Suara kelebatan angin tertangkap oleh telinganya, dan dia mengangkat kepalanya tepat di saat Jing melompati tepian jendela.

 “Kau—!!!” Matanya membelalak tak percaya, Lu Cang terpengarah.

Mengalihkan tatapannya ke tempat di mana Jari Lu Cang dan si anjing terhubung, Jing tidak dapat menahan tawa yang keluar dari mulutnya. Lu Cang langsung merasa seluruh aliran darahnya berbalik.Peruntungannya belakangan ini bahkan jauh lebih buruk dari pada tersiram oleh darah anjing hitam (15). Terlihat oleh Jing dalam keadaan yang menghebohkan ini, Lu Cang yang merasa keberadaan dirinya menyedihkan benar-benar ingin lenyap dari dunia ini.

Akan tetapi, dengan tersenyum Jing mendekat, meletakkan tangannya di atas si anjing, mencari-cari di atas perutnya, lalu menekan titik tertentu – ajaib, saluran yang tadinya mencengkeram dengan kuat secara menakjubkan merenggang.

 “Tarik keluar tanganmu!” Perintah Jing. Lu Cang melakukan apa yang disuruhnya, dan jari yang tersangkut sepanjang pagi akhirnya bisa keluar!!

 “Ya Tuhan!!” Menatap jarinya dengan tidak percaya, Lu Cang bahkan sama sekali tidak punya waktu untuk mempedulikan bau tak sedap yang dikeluarkan jarinya.

 “Lain kali, kita akan melakukan hal yang sama jika aku memasukkannya dan tidak bisa mengeluarkannya….” Jing, lagi-lagi, dengan wajah biasa-biasa saja, mengucapkan kata-kata mesum yang tidak disukai Lu Cang.

Menyadari kemarahan yang memancar di mata Lu Cang, Jing dengan cepat mengubah nada suaranya menjadi lebih serius, “Hey, kamu berhutang budi padaku…..”

Lu Cang, yang keadaan paling mengenaskannya sudah terlihat oleh Jing, tak bisa lagi bersikap angkuh. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya dengan lesu dan menjawab dengan lemah, “Terima kasih…. Aku pasti akan membalas bantuanmu ini…”

 “Jadi….” Mendekatkan bibirnya ke telinga Lu Cang, Jing berbisik, “Lebih baik cepat dari pada lambat. Tunggu aku di rumah itu saat matahari terbenam….”

Seluruh urat saraf Lu Cang langsung menegang. Dari awal dia sudah tahu kalau si setan jahat yang satu ini tak punya maksud baik sama sekali…. Lu Cang berbalik dan melotot penuh kebencian padanya, tapi yang dia lihat, seperti halnya dia menghilang setelah mereka melakukan hal itu, Jing sudah berdiri di jendela, bersiap untuk pergi.

Lalu, seperti teringat akan sesuatu, dia tiba-tiba berbalik dan tersenyum, “Kamu bisa langsung pergi. Tidak akan ada orang yang menghentikanmu. Ingat, tunggu aku di rumah itu….”

 Sekali lagi, Lu Cang terkagum-kagum dengan kecantikannya yang luar biasa. Lu Cang menunduk, dan ketika dia mengangkat kepalanya lagi, Jing sudah menghilang tanpa jejak.

Berjuang dan memantapkan kakinya, Lu Cang baru saja mau pergi ketika tiba-tiba teringat akan suatu hal, dan dipungutnya Fuqi yang pingsan dari atas lantai. Humph!! Anjing sialan, membuatku mengalami hal naas!! Lihat saja nanti!! Aku akan mengurusmu… dan mencarikanmu anjing jantan untuk mengawinimu sampai mati!!

Tepat seperti yang dikatakan si aneh, semuanya begitu tenang hingga ke pintu: tak ada seorangpun di sana. Lu Cang meloloskan diri dari kediaman Pangeran Tong Xin dengan lancar. Dan sekarang, dia berdiri di persimpangan, ragu-ragu untuk sesaat, dengan arah tujuannya.

Setelah membiarkan orang-orang melihatnya seperti itu, tidak mungkin baginya untuk kembali lagi ke penginapan. Tapi jika dia pergi ke rumah itu untuk menunggu seperti yang diinginkan oleh si aneh, apa yang menunggunya sudah pasti hal-hal yang menjijikkan itu…

Tapi seperti kata peribahasa “Bahkan penjahat juga harus bermoral (16).” Menepati janji (17) adalah hal yang paling penting bagi seorang pria di atas apapun.

Lu Cang merasa kepalanya mulai sakit karena perdebatan mentalnya. Setelah menunda-nunda sekian lama, sifat dasarnya yang menjunjung tinggi reputasi lah yang menang.

Sialan!! Hanya lubang pantatku yang dicolek beberapa kali. Itu bukan hal yang bisa membuatku mati!! Itu jauh lebih baik dari pada merusak kredibilitas terhormatku.

Lu Cang yang malang, di bawah anggapan bahwa itu merupakan tindakan ksatria yang menjunjung tinggi kode kehormatan walaupun harus berdarah, mulai melangkah gagah tanpa jalan kembali (18) menuju rumah itu.


*****

Penjelasan:


 (1) Dialek Cina – terkecuali kamu adalah orang Cina, kamu mungkin tidak akan tahu ini. Tapi ada banyak sekali dialek yang membuat komunikasi cukup membingungkan bagi orang-orang yang berasal dari berbagai bagian Cina.

 (2) XXX – sekali lagi, ini ada di text original, kemungkinan besar, sensor dari pemerintah Cina atau sensor dari si pengarang sendiri. Sama sekali bukan sensor dari penerjemah.

 (3) Wulin – Rimba persilatan, sama dengan Jianghu. (Lihat chapter 1&2)

 (4) Tongxin Ducal Manor (同心王府)  (Rumah milik bangsawan Tongxin) - diterjemahkan sebagai Kediaman Pangeran Tongxin, tapi yang paling akurat adalah “Mansion/rumah keBangsawanan Tongxin.”

 (5) Tunduk hanya pada satu orang dan berada di atas yang lain  - Ungkapan yang sering digunakan dalam urutan jabatan di pemerintahan yang artinya dia berada di atas yang lain kecuali sang Kaisar.

 (6) kenapa – lebih akurat jika diterjemahkan dengan kata “yang mana” tapi kedengarannya jadi terlalu klasik, jadi kata ‘kenapa’ yang lebih dipilih untuk digunakan.

 (7) Pahlawan Penjahat – konsepsi Cina tentang pahlawan yang melakukan kejahatan seperti Robinhood, pahlawan yang dimaksud adalah orang-orang dari dunia persilatan yang merampok si kaya tapi membantu si miskin. Lu Cang sepertinya melakukan hal ini, jadi, yah… dia bukan sepenuhnya “orang jahat”.

 (8) Pengawal Kerajaan – Pengawal kerajaan adalah pasukan pengawal istana yang kemudian berkembang menjadi pasukan penjaga yang turut andil dalam penangkapan penjahat kelas tinggi dan lain sebagainya. Pada dasarnya mereka melakukan apapun yang diperintahkan oleh Kaisar atau yang berwenang di dalam wilayah ibu kota.

 (9) Tandu – tipe angkutan berbentuk segi empat yang diangkat oleh manusia. (yang sering nonton film-film kerajaan pasti tau deh… )

 (10) Tongxin – pasti agak membingungkan, tapi Tongxin dan Zheng adalah orang yang sama. Tongxin adalah gelarnya, seperti gelar Jing –Kaisar Jing Zong.

 (11) Kakak – kalau mau diterjemahkan secara tepat, “Kakak Kaisar,” Karena karakter ini 皇 ‘Kaisar’ dan karakter ini 兄 berarti saudara laki-laki (bisa kakak atau adik). Jika diterjemahkan secara lengkap, jadinya agak aneh.

 (12) Lorong – Lorong di rumah orang China tradisional letaknya di luar rumah, dengan atap dan selusurnya. Jadi seperti gazebo super panjang.

 (13) ‘aku-tidak-paham-apa-yang-kamu-pikirkan’ – arti sebenarnya “Kepala Biksu yang tingginya tidak terjangkau” – makin bingung?? (Sama… XD) , intinya: tinggi rata-rata biksu zaman dulu lebih tinggi dari pada rata-rata orang awam, jadi orang awam tidak akan bisa menjangkau kepala seorang biksu. Setelah berpanjang lebar, maksud sebenarnya adalah: kamu tidak akan bisa mengerti apa yang dipikirkan oleh orang yang lebih ‘tinggi’ dari mu. (bisa jadi tinggi dalam arti sebenarnya, bisa jadi tinggi dalam hal posisi/jabatan.)

 (14) Petisi – petisi adalah cara resmi para pejabat untuk melapor, memberi nasihat, memohon sesuatu atau apalah. Pekerjaan utama dari seorang kaisar adalah membaca semua petisi yang diajukan oleh semua pejabat di pagi hari. (biasanya berupa tumpukan yang menggunung. Jadi, bisa dimaklumi kenapa Jing kesal dan memilih kabur untuk bermain-main… XD )

 (15) Kutukan darah anjing hitam – dalam kepercayaan/takhayul masyarakat Cina, kamu bisa mengutuk seseorang dengan menyiramkan darah anjing (yang hitam karena terkutuk) kepada mereka.

 (16) Bahkan penjahat juga harus bermoral – Ungkapan China yang maksudnya persis seperti ucapannya, hanya saja, mungkin si pengarang bermaksud menggunakan ini sebagai ironi karena Lu Cang memang seorang penjahat.

 (17) Menepati Janji – untuk orang dunia persilatan, menepati janji adalah sikap ksatria yang wajib dijunjung tinggi sebagai kode etik tak terucap. Lu Cang adalah tipe yang menganut kode etik ke-ksatrian dengan taat.

 (18) Melangkah gagah tanpa jalan kembali – Lu Cang sedang melebih-lebihkan niatnya. Jadi, kalimat ini diambilnya dari ucapan terkenal ahli sastra tentang prajurit yang pergi menuju medan pertempuran dan tidak bisa kembali lagi.


BERSAMBUNG ^_____^


Credit:
Author: Xin Bao Er
Cover Scan: 3n5b
Chinese-English Translator:
Asiaisaru
English-Indo Translator:
Luxiufer 


Naaaaahhh, bersambung lagi di tengah jalan, wkwkwkwkwkwk... Penasaran ama adegan anu2nya??? Bersabar ya, mimin akan upload lanjutannya kalo kalian udah jadi anak baik dengan kasih komen yang buanyak nyak nyak, fufufufufu... #Kaboooooorrr

Comments